Selasa, 22 Maret 2011

MISKIN YANG KAYA


Miskin yang Kaya





… Anda adalah orang yang kaya…
Apakah kemiskinan? Negara umumnya dikategorikan miskin atau tidaknya dari pendapatan perkapita. Dengan demikian, definisi kemiskinanpun diukur dengan banyaknya penghasilan yang dimiliki. Definisi kemiskinan ini yang menjadi tolok ukur gaji pegawai terendah pada tiap wilayah kabupaten di Indonesia yang sering diistilahkan dengan UMR (upah minimum regional). Pajak juga diukur dengan pendapat seseorang. Yang bergaji lebih dari 1 juta / bulannya, mulai dikenakan pajak.
Pertanyaannya…, apakah benar definisi tersebut?
Saya mempunyai pemikiran yang lain.
Bagi saya, miskin tidaknya diukur dari memberi dan menerima. Siapa yang memberi…, dia kaya dan siapa yang menerima…, dia miskin.
Bagaimanakah maksudnya? 
Saya akan uraikan dalam bentuk cerita.
Adalah seorang anak di Indonesia yang bernama Ujang. Si Ujang ini seorang yatim piatu, memang dia punya peninggalan harta orang-tua, tapi itu tidaklah seberapa. Untuk menghidupi dirinya, ia menjadi pengangkut belanjaan ibu-ibu yang berbelanja di pasar. Sedikit memang penghasilannya, namun itu sudah lebih dari cukup untuk makan sehari-hari. Ia sudah putus sekolah namun masih membiayai seorang adiknya yang masih sekolah.
Sang adik yang masih kecil itu, sadar sesungguhnya bahwa mereka itu sangatlah miskin dan sering menjadi bahan tertawaan dan ejekan anak-anak lainnya. Tetapi dalam pergumulan sang adik, dia berpikir lain lagi. Sang adik punya kelebihan atau karunia untuk mendengarkan keluhan teman-temannya. Sehingga kalau ada temannya yang mengalami masalah, dia bersedia untuk mendengar dan memberikan saran-saran yang sangat berharga bagi teman-temannya. Lama kelamaan ia semakin disukai oleh banyak anak-anak dan menjadi sandaran bagi orang yang sedang kesusahan untuk berbagi cerita.
Suatu hari sang adik berkata kepada kakaknya: “Kak…, ternyata saya tidak miskin.”
Sang kakak bingung…, kemudian bertanya kenapa adiknya berkata demikian. 
Sang adik menimpali: “Kak, saya memang tidak punya uang, tapi saya punya sesuatu yang bisa saya berikan kepada orang lain…, saya bisa mendengarkan keluhan mereka dan memberikan saran-saran berharga yang menguatkan mereka ketika dalam kesusahan. Saya ternyata tidak miskin, karena saya dapat memberi“.
Sengaja saya berikan bold (huruf tebal) yang menjadi point utama dari definisi ulang mengenai kaya-miskin.
Kaya adalah kalau anda memberi.
Miskin adalah kalau anda menerima.
Seorang yang kaya raya, pengusaha sukses, konglomerat, tetapi masih saja “memeras” pegawainya yang miskin, itu artinya ia masih mengambil. Dia tidak lagi memberi, tapi sudah mengambil atau menerima. Pengusaha tersebut dapat dikategorikan seorang yang miskin. Meskipun ia sudah kaya raya…, namun sesungguhnya ia sangat miskin…, karena masih saja mengambil dan mengambil.
Seseorang yang tidak punya apapun…, jikalau ia memberi dan memberi, meskipun tidak dalam bentuk uang, dapat kita kategorikan sebagai orang kaya.
Apakah sesungguhnya arti dari kaya dan miskin?
Saudaraku…, hidup kita didunia ini hanyalah sementara. Kaitkanlah hidup dalam kesementaraan ini dengan kekekalan di Sorga. Allah demikian kaya melimpah, maka kekayaan Sorgawi akan menjadi milik kita.
Kalau anda banyak memberi di dunia ini, maka Allah adalah Allah yang adil, maka anda adalah seorang yang kaya, tentu saja kekayaan sorga menjadi kekayaan anda.
Kalau anda banyak mengambil di dunia ini, maka anda adalah seorang yang miskin dan di akhirat nanti anda akan benar-benar miskin, sesuai dengan hidup anda ketika di dunia. Anda tidak akan memiliki kekayaan kerajaan sorga.
Indonesia memang dalam keadaan kesulitan keuangan yang berat. Tapi bukan hanya Indonesia, resesi juga menghinggapi dunia ini. Seluruh dunia sedang berkeluh kesah. Semua sedang dalam kesulitan.
Ingatlah saudaraku…, anda tetap kaya.., karena anda punya kekayaan lain yang tidak bisa diukur dengan uang. Peganglah kekayaan itu untuk menatap hari esok dengan lebih baik lagi. Bantulah kesulitan yang bangsa kita sedang alami ini dengan kekayaan anda. Tidak diperlukan harta melimpah untuk membangun indonesia ini, karena sesungguhnya seluruh rakyat indonesia tidaklah miskin.
Anda bisa memberikan senyuman manis anda kepada setiap orang yang lewat, keramah-tamahan anda kepada tetangga anda, ucapan selamat pagi, atau sore setiap anda pergi atau pulang kantor.
Saudaraku…, berikanlah kekayaan yang anda miliki kepada orang lain…
Saya memimpikan…, jikalau seluruh rakyat indonesia saling memberikan keramah-tamahan, memberi senyuman, maka kita akan cepat keluar dari kesulitan.
Sama seperti kesedihan mudah menyebar…, demikian juga dengan kesukacitaan.
Energi anda dan seluruh rakyat Indonesia tidak lagi diarahkan kepada kesedihan, kesulitan, tapi energi positif berupa sukacita ini, dapat meningkatkan produktifitas kerja setiap orang. Perhatikanlah seseorang yang melamun, tidak bekerja dan hanya merenungi nasib dan bermalas diri…, seluruh potensinya akan hancur dengan perlahan. Tidak ada lagi kepercayaan diri.
Tapi kalau seluruh rakyat bergairah dalam hidup, maka produktifitas nasionalpun akan meningkat dan kita dengan mudah akan melalui krisis ini.
Pertanyaannya sekarang, bagaimanakah kondisi anda yang sesungguhnya saat ini?
Apakah anda kaya atau miskin?

0 komentar:

Posting Komentar